Aku dan nilai perjuangan dasar

Tulisan ini pada awalnya adalah catatan kecil saya saat bergulat dengan pemikiran Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) di Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Gorontalo pada periode waktu 2006-2010. Catatan kecil itu kemudian saya tuliskan sebagai catatan pengantar saat saya berencana menulis buku tentang: "Menyoal Epistemologi Nilai-Nilai Dasar Perjuangan". Walau dengan ide sederhana, naskah buku itu berhasil saya rampungkan dalam waktu 2 bulan, dan wal hasil tidak jadi terbit karena persoalan budget yang kurang. Ditambah lagi saya akhirnya menjadi kurang percaya diri untuk menerbitkannya

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Rabu, 22 November 2017

“Merayakan Kepalsuan”: Program Kabupaten Organik dan Politik Citra di Buton Utara

Ilustrasi Politik Pencitraan

Pembuat hoax terbaik adalah penguasa. Karena mereka memiliki
 seluruh peralatan untuk berbohong. Intelijen dia punya, data statistik dia punya
media dia punya...Hoax itu bohong yang dibuat masuk akal. Tapi hanya efektif
mempengaruhi massa bila Anda menguasai media massa. Hanya penguasa yang mampu
(Rocky Gerung)

Sebuah Politik Citra

Pria itu sedang duduk di sebuah kursi menghadap jalan raya. Tangannya terlihat sedang memegang sebuah koran, Kendari Pos. Ia terlihat sibuk membaca dan membolak balik halaman demi halaman koran itu, dan sama sekali tidak menyadari kehadiran saya. Ketika matanya tengah menatap dalam-dalam media yang ada di tangannya, ia tiba-tiba tersenyum sambil menggelengkan kepala. Penasaran dengan berita apa yang sedang dia baca, saya mendekatinya dan melihat halaman yang sedang dia baca. Di sana terlihat berita tentang terobosan cerdas pemimpin visioner (Bupati Buton Utara) di bidang pertanian organik yang dimuat dalam satu halaman ful. Koran itu bertanggal 11 November 2017.

Saya kemudian meminta halaman itu dan mulai membacanya. Di halaman koran itu tertera dengan jelas foto bupati Buton Utara sedang memegang beras hasil panen. Tetapi yang mengejutkan adalah pernyataan yang menyebutkan bahwa sejauh ini di Buton Utara lahan seluas 2.432 hektar ladang dan sawah yang ditanami padi secara organik sudah dipanen dengan hasil ratusan ton dan yang paling mengejutkan, hasil panen itu sudah diekspor ke berbagai negara, salah satunya di Belanda. Saya anggap mengejutkan karena pada pertengahan bulan September 2017 lalu, saya masih sempat mengikuti sosialisasi program pertanian organik di Kecamatan Kulisusu Barat, desa Mekar Jaya. Dalam sesi diskusi, saya sempat mendengar moderator saat itu mengatakan bahwa mereka baru mendapat informasi tentang sawah organik dalam sosialisasi itu. Saya juga mendengar ajakan dari bupati Buton Utara bahwa tahun depan (2018), kita akan bekerja keras, kita akan butuh tenaga dan modal demi suksesnya program pertanian organik ini. Dalam pemahaman saya program ini baru tahapan sosialisasi, tetapi kenapa dalam waktu singkat--kurang lebih hanya dua bulan--tiba-tiba ada berita panen ratusan ton di lahan seluas 2.432 hektar dan sudah diekspor ke Belanda? Saya sulit membayangkan ada proses pertanian sesingkat itu. Realitas semacam ini mungkin hanya bisa dijumpai di film-film holywood bergenre fiksi ilmiah (fantasy). Ini adalah contoh absurditas politik, yakni tindakan atau komunikasi politik yang bertentangan dengan realitas yang sesungguhnya (Piliang 2005).

Melihat konten berita itu, peryataan Rocky Gerung yang saya kutip di atas seolah mendapatkan pembenarannya. Produsen hoax terbaik itu adalah penguasa, karena mereka memiliki perlengkapan untuk berbohong. Penguasa punya uang, punya intelijen, punya editor, punya media, dll. Semua perlengkapan itu berkontribusi dalam menopang dan melegitimasi citra diri penguasa, termasuk membuat masuk akal hal-hal yang sebenarnya tidak masuk akal dan mengadakan-adakan sesuatu yang sebenarnya belum ada.

Realitas yang menjadi ada (nyata) karena diada-adakan tanpa dukungan realitas yang sebenarnya (disimuliasikan sedemikian rupa) disebut sebagai realitas simulasi. Reproduksi realitas simulasi itu bertujuan untuk menopang citra atau gambaran diri penguasa melampaui kemampuan pribadi si penguasa itu. Politik yang berbasis pada citra adalah politik yang melampaui realitas yang sesungguhnya. Oleh sebab itu citra tidak membutuhkan referensi pada realitas yang sebenarnya. Citra hanya bermain pada level tanda atau simbol-simbol saja, ia tampak ada, namun tidak memiliki substansi real. Model politik semacam ini pada akhirnya menggiring situasi pada apa yang disebut Yasraf Amir Piliang sebagai “banalitas politik” yakni suatu kondisi pendangkalan makna politik akibat beralihnya esensi politik pada pada hal-hal yang remeh-temeh dan tidak esensial, seperti citra (image).     

Politik Citra, Siapa Yang Diuntungkan?

Apakah realitas program padi organik di Buton Utara--yang kabarnya sudah dipanen di lahan seluas ribuan hektar (sawah dan ladang) dengan hasil ratusan ton, serta sudah diekspor ke egeri Belanda--benar-benar nyata atau benar-benar merupakan fakta? Jika mengacu pada penjelasan yang sudah diuraikan sebelumnya, jawabannya adalah tidak nyata alias hanya sebatas politik pencitraan yang tidak didukung oleh realitas obyektif. Ini adalah sebuah realitas simulasi, sesuatu yang belum ada atau belum terjadi tetapi diadakan sedemikian rupa sehingga tampak benar-benar nyata. Di sini kita dapat mengajukan pertanyaan lain: “jika hal itu tidak benar, lalu untuk apa ada pemberitaan seperti itu? Jawabnnya mungkin dapat beragam sesuai alam pikiran masing-masing, seperti untuk pencitraan daerah, untuk keperluan mendapat bantuan anggaran pusat, dsb. Namun yang lebih masuk akal untuk saat ini adalah politik citra itu bertujuan untuk mengangkat citra pemimpinnya. Kalau Ada yang tidak percaya, mungkin kita bisa mengajukan satu pertanyaan: “siapa yang diuntungkan dari pencitraan semacam itu?”Apakah rakyat. Jelas bukan, karena rakyat tidak memperoleh manfaat langsung di balik pencitraan itu. Rakyat hanya akan diuntungkan jika pelaksanaan program pertanian organik ini berhasil dan sudah terbukti mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Yang diuntungkan dari pencitraan tidak lain adalah pribadi pemimpinnya. Pemimpinnya dapat disanjung-sanjung pihak lain dan dapat menerima penghargaan untuk sesuatu yang belum dilaksanakannya. 

Merayakan Sesuatu Yang Bernama Kepalsuan

Pada Jumat 17 November 2017, Kendari Pos memberikan penghargaan kepada 31 tokoh yang memiliki prestasi, inovasi, dan dedikasi untuk setiap pekerjaan yang digelutinya. Salah satunya tokoh yang menerima penghargaan itu adalah bupati Buton Utara atas prestasinya dan inovasinya dalam mengembangkan pertanian organik. Tetapi seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, program pertanian organik ini baru sebatas tahapan sosialisasi. Pada pertengahan bulan September 2017 lalu (sekitar dua bulan lalu) saya masih menyaksikan proses sosialisasi program pertanian organik di desa Mekar Jaya, Kecamatan Kulisusu Barat. Namun, entah disulap dengan mantra apa, dalam waktu kurang lebih dua bulan, ladang dan sawah seluas ribuan hektar telah dipanen sebanyak ratusan ton dan sudah diekspor ke berbagai negara, salah satunya Belanda. Sekali lagi proses pertanian secepat itu hanya mungkin ada dalam film-film holywood bergenre fiksi ilmiah. Satu-satunya filter untuk mengatasi informasi seperti ini adalah "kecerdasan publik".

Jika programnya baru pada tahapan sosialisasi lalu apa dasar penghargaan yang diterima bupati Buton Utara?

Mungkin ada argumen seperti ini, bahwa bupati Buton Utara wajar menerima penghargaan itu karena sejak dulu masyarakat Buton Utara sudah mengembangkan model pertanian organik yang mengandalkan unsur hara tanah. Juga pada tahun 2015, 2016, sampai pertengahan 2017 sudah ada yang panen beras merah organik. Sehingga dapat dikatakan bahwa program bupati Buton Utara ini hanyalah sekadar melanjutkan apa yang sudah ada. Bupati Buton Utara sudah selayaknya menerima penghargaan atas inovasinya merumuskan program pertanian organik itu. Menurut hemat saya jawaban seperti ini sangat keliru. Pertama, ada dan tidak ada program kabupaten organik, masyarakat Butur tetap ada yang menanam beras merah terutama daerah-daerah pesisir, seperti desa Torombia, Kecamatan Kulisusu Utara. Jadi tidak benar jika bupati Buton Utara hari ini mengklaim hasil panen pada tahun-tahuan sebelumnya sebagai prestasinya atau sebagai hasil programnya.

Kedua, harus dibedakan antara pertanian tradisional yang digeluti nenek moyang masyarakat Buton Utara secara turun temurun dengan program pertanian organik yang dicanangkan pemerintah saat ini. Secara teori mungkin saja bisa dibilang sama. Namun dalam prakteknya, program pertanian tradisional dilakukan secara manual dan tanpa aplikasi pupuk, sedangkan program pertanian organik yang dicangkan pemerintah saat ini menggunakan aplikasi pupuk organik. Jadi sekali lagi tidak benar jika bupati Buton Utara mengklaim hasil pertanian tradisional masyarakat Buton Utara sebagai dasar keberhasilan programnya.

Ketiga, pemberitaan di koran Kendari Pos tanggal 11 November 2017 dalam halaman “Kendari Pos Award 2017”, menyebutkan dengan sangat jelas dasar pemberian penghargaan kepada bupati Buton Utara, bukan karena upayanya melanjutkan tradisi pertanian organik masyarakat Buton Utara, tetapi karena keberhasilannya dalam mewujudkan program pertanian organik yang hasilnya sudah diekspor ke Belanda. Tapi faktanya, program pertanian organik bupati Buton Utara saat ini belum memasuki tahapan penanaman, bagaimana mungkin ada panen dan ekspor. Oleh sebab itu berita tentang panen di lahan ribuan hektar (sawah dan ladang) yang sudah ditanami secara organik, dengan hasil ratusan ton dan sudah di ekspor ke Belanda adalah berita yang tidak benar alias hoax versi pemerintah.  

Jika dasar penerimaan penghargaan itu tidak didukung oleh fakta, maka apa yang harus dirayakan? Apakah kita ingin merayakan sebuah realitas simulasi yang tidak didukung oleh realitas alias merayakan kepalsuan, apakah kita adalah para pemuja citra yang serba “seolah-olah”. Namun, fenomena perayaan citra itu bukanlah hal yang baru dalam kebudayaan pasca-modern ini. Orang Jepang bahkan menganggap sosok robot kucing (yang tidak nyata) dalam film Doraemon yang pernah dinobatkan sebagai Asian Heroes 2002 oleh Majalah Times karena kesuksesan film itu dalam membangkitkan imajinasi generasi muda di Jepang untuk tumbuh sebagai bangsa yang unggul. Lihat pula bagaimana sosok John Rambo dalam film First Blood dikagumi walaupun tokoh bernama Rambo tersebut hanyalah tokoh rekayasa. Dalam film itu (First Blood Part II) John Rambo (mantan tentara terlatih Amerika) bahkan digambarkan mampu mengalahkan Vietkong seorang diri, suatu gambaran yang begitu bertentangan dengan realitas sejarah, sebab faktanya Amerika tidak pernah menang melawan Vietnam. Banyak orang yang protes dan menyebut film Rambo itu sebagai suatu pembohongan yang lakukan Amerika. Tetapi dalam analisa yang lain, film tidak bisa dianggap netral dari kepentingan dan ideologi pembuatnya. Film adalah sebuah ekspresi ideologis, dimana Amerika melalui film Rambo menyatakan hegemoninya kepada dunia. Bagi orang Amerika, John Rambo sudah menjelma menjadi sosok pahlawan nyata yang menegaskan kemenangan Amerika.

First Blood Part II

Sosok Doraemon Asian Heroes 2002 versi Majalah Times

Apakah citra program padi organik yang saat ini sudah melekat pada Kabupaten Buton Utara dapat dimaknai seperti layaknya kemunculan sosok John Rambo dan Doraemon? Fenomena ini memiliki kemiripan. Walaupun kenyataannya program ini belum berhasil tetapi kita seolah-olah menganggapnya sudah berhasil—yang belum nyata menjelma menjadi nyata—demi sebuah kebanggaan daerah atau tujuan lainnya. Hal ini sama saja seperti orang Amerika yang bangga dengan sosok fiksi John Rambo karena mengalahkan Vietnam seorang diri atau orang Jepang yang bangga dengan sosok Doraemon yang tidak nyata itu. Semua itu dilakukan untuk mengangkat citra negara mereka dan bagi pemerintah daerah Buton Utara dapat berargumen serupa, bahwa citra pertanian organik dipublikasikan secara masif sekalipun program itu belum berhasil tidak lain bertujuan untuk mengangkat citra daerah. 


Namun, seperti yang sudah saya uraikan sebelumnya, yang diuntungkan dalam politik citra seperti itu hanyalah penguasa, sebab rakyat tidak bisa hidup dengan kebanggan semata. Rakyat butuh realisasi program yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, realisasikan dulu programnya, sukseskan, dan setelah itu terima penghargaannya yang datang dari lembaga manapun. Namun, jika program pemerintah belum berhasil, silakan pemerintah Kabupaten Buton Utara membangun citranya di luar sana dan menerima berpuluh-puluh atau bahkan beratus-ratus penghargaan, tetapi pemerintah tidak akan pernah mendapatkan satu pengenghargaan tertinggi, yakni penghargaan yang datang dari masyarakat Buton Utara sendiri []                                          
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com